Cari Blog Ini

Senin, 16 November 2009

Saya Bukan Acuan!

Mengapa sih saya tidak boleh melakukan sedikitpun kesalahan?
Apa salahnya jika saya salah?
Toh saya juga manusia
Yang tak pernah lepas dari segala kesalahan

Terkadang saya emosi..
Kalian terlalu memaksa saya..
Saya juga bisa marah..
Saya juga bisa kecewa..
Saya juga bisa bersalah..

Mengapa rasanya kalian sulit sekali menerima kesalahan saya?
Saya bukan manusia yang sempurna
Saya bukan acuan!
Bukan acuan yang benar dan yang salah..

Jadi jangan paksa saya untuk selalu benar...








Trueness
Kadang kebenaran juga menyakitkan..
Kadang kita Perlu kebohongan...
Tetapi jangan jadikan bohong sebagai kebutuhan

Little Motivation


Merasa useless

Merasa diabaikan

Merasa sendirian

Merasa tidak mampu


Mungkin semua itu sering kita rasakan..

Tapi pernahkah kita berfikir tentang posisi kita di mata orang lain?



Sadarkah kita,

sebenarnya jika kita menganggap seseorang beruntung,

dia tidak sedang seberuntung yang kita bayangkan

dibalik itu semua tentu juga ada duka yang mereka rasakan dan usaha yang mereka lakukan
mungkin seringkali juga orang menganggap kita beruntung
tapi kadang kita juga merasa tak seindah yang mereka bayangkan
jadi...
jadilah dirimu sendiri
lakukan yang terbaik
bukan demi siapapun tetapi demi dirimu sendiri
lakukan segalanya dengan santai
mulailah dengan menarik satu nafas yang dalam saat gundah
tersenyum setiap kali mulai terbawa emosi
dan awali segalanya dengan doa
memang sulit rasanya, tetapi begitu melegakan
saat kau menatap langit malam
mungkin kau berfikir untuk ke sana
tetapi sadarlah
sekalipun kita bisa pergi kesana
mungkin bintang-bintang itu sudah tidak ada
entah hancur karena telah meledak
atau karena beberapa hal yang tidak pernah kita ketahui
jadi,
lebih baik kita tetap berada di sini
dan memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekeliling kita
langit dengan awan sore atau penuh bintang dan bulan memang indah
tetapi sebenarnya kita masih jauh lebih indah daripada itu semua
kalau saja kita berusaha memberikan yang terbaik

Sabtu, 12 September 2009

Matematika

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Para matematikawan mencari pola dan dimensi-dimensi kuantitatif lainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang, ilmu pengetahuan alam, komputer, abstraksi imajiner, atau entitas-entitas lainnya. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filsafat matematika. Para matematikawan merumuskan konjektur dan kebenaran baru melalui deduksi yang menyeluruh dari beberapa aksioma dan definisi yang dipilih dan saling bersesuaian.
Euclid, matematikawan Yunani, abad ke-3 SM, seperti yang dilukiskan oleh Raphael di dalam detail ini dari The School of Athens.
Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika hadir secara objektif di alam menurut kemurnian logikanya, atau apakah objek-objek itu buatan manusia dan terpisah dari kenyataan. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Albert Einstein, di pihak lain, menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."Melalui penggunaan abstraksi dan penalaran logika, matematika dikembangkan dari pencacahan, penghitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematik terhadap bentuk dan gerak objek-objek fisika. Pengetahuan dan penggunaan matematika dasar selalu menjadi sifat melekat dan bagian utuh dari kehidupan individual dan kelompok. Pemurnian gagasan-gagasan dasar dapat diketahui di dalam naskah-naskah matematika yang bermula di dunia Mesir kuno, Mesopotamia, India, Cina, Yunani, dan Islam. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam buku Euclid, Unsur-Unsur. Pengembangan berlanjut di dalam ledakan yang tidak menenteramkan hingga periode Renaisans pada abad ke-16, ketika pembaharuan matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, mengarah pada percepatan penelitian yang menerus hingga Kini.
Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa, medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian.
Secara umum, semakin kompleks suatu gejala, semakin kompleks pula alat (dalam hal ini jenis matematika) yang melalui berbagai perumusan (model matematikanya) diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekadar mendekati penyelesaian eksak seakurat-akuratnya. Jadi, tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, melainkan disebabkan oleh sulit dan kompleksnya gejala yang penyelesaiannya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model matematikanya) dengan menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut. Sebaliknya berbagai gejala fisika yang mudah diamati, misalnya jumlah penduduk di seluruh Indonesia, tidak memerlukan jenis atau cabang matematika yang canggih. Kemampuan aritmetika sudah cukup untuk mencari penyelesaian (jumlah penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi.